sendirian, itu tidak menyenangkan, kadang-kadang. tetapi kadang-kadang juga ketidakhadiran orang lain juga kita harapkan.
saat kali ini lagi-lagi hanya sendiri menahan sakit seluruh tubuh yang berkumpul jadi satu di dadaku yang sebenarnya telah rusak karena kanker hati kronis yang sebentar lagi pasti akan membunuhku secara menyakitkan. masih ada lagi tumor otak yang menjangkiti selubung otakku yang terlalu tipis untuk dapat menyimpan file-file kenangan dan hanya lewat begitu saja diantar oleh neuron sensori tanpa pernah berhenti sejenak di hardisk otak ku alih alih langsung dibuang di tempat sampah depan rumah.
tempat dimana untuk kali pertama aku hadir dihadapan para menteri-menteri sihir yang berulah bagaikan Pangeran kegelapan dengan jubah panjangnya yang hitan kelam menjuntai menyapu lantai saat mereka berjalan dengan keangkuhan yang membuatku ingin memuntahkan sop daging domba yang menjadi makan malamku tadi, aku benar-benar muak.
seperti yang kalian rasakan saat melihat matahari dengan mata-mata kalian yang sejernih air dan lama-kelamaan air itu akan menguap diterpa panasnya matahari yang selalu bisa membakar mata ku yang sudah kering kerontang karena setiap saat selalu ada orang yang mengambil airnya untuk menyirami bunga yang dikiranya akan tumbuh subur dengan air itu. karena sekarang tak tersisa lagi air nya, mataku yang telah terserang rabun beberapa saat lalu kini tinggal menunggu kebutaan datang dan kegelapan yang akan menggantikan matahari.
saat kali ini lagi-lagi hanya sendiri menahan sakit seluruh tubuh yang berkumpul jadi satu di dadaku yang sebenarnya telah rusak karena kanker hati kronis yang sebentar lagi pasti akan membunuhku secara menyakitkan. masih ada lagi tumor otak yang menjangkiti selubung otakku yang terlalu tipis untuk dapat menyimpan file-file kenangan dan hanya lewat begitu saja diantar oleh neuron sensori tanpa pernah berhenti sejenak di hardisk otak ku alih alih langsung dibuang di tempat sampah depan rumah.
tempat dimana untuk kali pertama aku hadir dihadapan para menteri-menteri sihir yang berulah bagaikan Pangeran kegelapan dengan jubah panjangnya yang hitan kelam menjuntai menyapu lantai saat mereka berjalan dengan keangkuhan yang membuatku ingin memuntahkan sop daging domba yang menjadi makan malamku tadi, aku benar-benar muak.
seperti yang kalian rasakan saat melihat matahari dengan mata-mata kalian yang sejernih air dan lama-kelamaan air itu akan menguap diterpa panasnya matahari yang selalu bisa membakar mata ku yang sudah kering kerontang karena setiap saat selalu ada orang yang mengambil airnya untuk menyirami bunga yang dikiranya akan tumbuh subur dengan air itu. karena sekarang tak tersisa lagi air nya, mataku yang telah terserang rabun beberapa saat lalu kini tinggal menunggu kebutaan datang dan kegelapan yang akan menggantikan matahari.
seandaianya ada orang yang tau bahwa tak lama lagi sisa hariku hanya tinggal menghitung jari kaki sapi apakah orang itu akan merasa kasihan padaku??. tapi aku tidak akan memberi tahu orang tentang ini, aku tidak suka dikasihani, aku ini punya ego yang besar dan harga diri yang tinggi, aku tak menerima recehan belas kasihan orang yang tak berharga. aku terlalu berharga. separah apapun penyakitku, segawat dan sekronis apapun sakitku, seperih apapun lukaku, ku pastikan tak ada orang yang akan tau itu, tak secuil tanah pun.
tak ada yang bisa lagi mengobatiku, darah dan dagingku bukan lagi milikku, tapi sudah dikuasai virus prophage yang mengambil alih pengoperasian tubuhku. kepalaku bukan lagi berisi otak cemerlangku yang dulu selalu aku banggakan, kepalaku kini berisi sampah-sampah yang hanya mengotori selaput otakku dan membuatnya seperti tempat sampah semakin lama semakin menumpuk, dan membusuk. benar-benar busuk.
satu hal kecil yang membuatku bertahan sampai saat ini dan tidak mengakhiri hidupku yang sudah sekarat ini dari dulu adalah harapan. ia adalah obat untuk tumor ku, vaksin untuk virusku, sinar X untuk kankerku, cahaya dalam kebutaanku, dan api untuk membakar sampah-sampahku. saat tak ada lagi kesempatan untukku, masih ada harapan menemani jalanku.
tak ada yang bisa lagi mengobatiku, darah dan dagingku bukan lagi milikku, tapi sudah dikuasai virus prophage yang mengambil alih pengoperasian tubuhku. kepalaku bukan lagi berisi otak cemerlangku yang dulu selalu aku banggakan, kepalaku kini berisi sampah-sampah yang hanya mengotori selaput otakku dan membuatnya seperti tempat sampah semakin lama semakin menumpuk, dan membusuk. benar-benar busuk.
satu hal kecil yang membuatku bertahan sampai saat ini dan tidak mengakhiri hidupku yang sudah sekarat ini dari dulu adalah harapan. ia adalah obat untuk tumor ku, vaksin untuk virusku, sinar X untuk kankerku, cahaya dalam kebutaanku, dan api untuk membakar sampah-sampahku. saat tak ada lagi kesempatan untukku, masih ada harapan menemani jalanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar