Tik…..tik…tik….
Gerimis memulai sandiwara ini
Ia turun ke panggun yan luas dengan keanggunannya
Dengan kelembutannya yang menawan
Membuatku terbuai
Oleh gerakannya yang luwes
Oleh sentuhannya yang samar-samar
Kemudian, terdengar suara lain yang datang memasuki altar
Tletok….tletok…tletok….
Kali ini sesuatu yang lebih kuat turun ke panggung
Dan lebih banyak….lagi…
Gagah, kuat dan dingin…
Terlampau kuat mungkin..
Hingga bila kau berlari kencang munyusup di antara mereka
Kau akan tersakiti bagai seribu ujung jarum menembus kulit arimu pada saat bersamaan
Begitu kuat ia, membuat sombong dirinya
Dan begitu dingin sentuhannya
Oh…ada lagi yang datang ternyata
Masuk ke panggung serta merta
Bukan anggun atau gagah…
Bukan lembut ataupun kuat…
Ini sesuatu yang tak tertandingi…
Sesuatu yang akan membawa petaka saat itu
Suaranya…dengarkanlah…
Aku tak biasa menuliskannya
Suaranya… seperti seperti gelak tawa raksasa sejuta
Kuat bagai dinding tembok besar Cina
Yang tak lapuk karena waktu dan tak roboh karena serangan musuh
Sentuhannya mengalahkan dinginnya es utara
Bersamanya selalu ada pita listik berpijar
Yang bisa menghanguskanmu dalam sekejap sambar
Inilah dia sang pengacau datang
Tiba pada saat klimaks sandiwara hujan
Sampai dengan membawa jutaan kompi pasukan air
Yang hadir untuk mengacaukan semua pada saatnya
Tapi bila semua telah pergi
Bila sandiwara telah selesai dipentaskan
Yang tertinggal adalah bau tanah yang menyeruak hidung
Semilir air mengalir sampai ke hilir
Dan satangkai daun munguncup muncul
Kemudian diikuti daun-daun lain setelahnya
Bunga-bunga Calanthe mulai bermekar begitu pun senyumannya
Pohon mahoni berhenti menggugurkan daunnya
Pada akhirnya kadatangannya membawa makna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar